Dokter merupakan cita cita yang diimpikan oleh anak-anak yang lahir di era 80an.
Entah karena teringang-ingang lagu Susan dan kak Ria yang saat itu sering di nyanyikan anak-anak yang lahir pada tahun tersebut.
Teman-teman online masih hapal tidak lirik lagu tersebut? nih Mpo kasih tahu?
"Susan, Susan besok gede mau jadi apa?
Aku kepengin pinter biar jadi dokter".
Walaupun cita-cita anak jaman now berubah 360 derajat dari anak-anak era 80an. Anak-anak jaman sekarang bercita-cita ingin jadi youtuber. hal ini bukan sekedar tebak-tebak si buah manggis tapi berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika serikat dan Inggris terhadap 3000 anak usia 8-12 tahun.
Cita-cita jadi dokter sungguh mulia akan tetapi banyak orangtua yang melarang sang anak untuk mengambil jurusan kedokteran. Hal ini di sebabkan uang kuliah yang cukup tinggi.
Menurut berita online Kompas.com biaya kuliah kedokteran sampai selesai memerlukan biaya sampai 150 sampai 300 juta.
Selain biaya kuliah yang mahal, waktu yang ditempuh untuk mengambil jurusan kedokteran juga memakan waktu yang lama.
Seorang mahasiswa kedokteran untuk jadi sarjana lulusan kedokteran harus menempuh pendidikan selama 3-4 tahun. lalu ia harus mengikuti program pendidikan professi dokter atau biasa orang sebut koas.
Pendidikan koas harus di tempuh selama 2 tahun lalu dilanjutkan magang di rumah sakit selama 1 tahun.
jadi untuk menempuh pendidikan dokter diperlukan waktu 7 tahun makanya tidak heran kalau Indonesia kekurangan dokter karena 0,4 dokter melayani perseribu penduduk Indonesia.
"Menurut WHO idealnya satu dokter melayani 1000 penduduk". Hal ini dungkapkan oleh dr. Ardiansyah pengurus IDI.
Suka Duka Jadi Dokter Selama Pandemi.
Setelah jadi dokter saatnya pengabdian ke masyarakat dengan siap ditempatkan dimana saja bertugas termasuk di tempat yang terpencil.
Selain menjalankan sumpah dokter yang telah di ucapkan, profesi seorang dokter juga menghadapi beberapa ujian seperti akses daerah terpencil yang sangat terbatas, jauh dari keluarga, kesejahteraan dokter terpencil kurang di perhatikan oleh pemerintah, pendidikan dan latar belakang budaya masyarakat setempat yang berbeda dan faktor keamanan daerah terpencil.
Tantangan makin berat dan makin teruji di saat pandemi, dimana para dokter selain harus menjalankan sumpah profesi dengan terus memberikan pelayanan kepada masyarakat juga harus menjaga keluarga dari virus covid-19.
"untuk itulah selain memberikan layanan kepada masyarakat seorang dokter juga harus mengedukasi masyarakat agar mempunyai kesadaran untuk terus patuh prokes" ujar dr. Udeng Daman selaku Technical Advisor NLR Indonesia yang jadi pembicara live streaming YouTube berita KBR pada tanggal 29 Oktober 2021.
Apalagi bagi dokter yang bertugas di kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas yang harus tetap melakukan temukan kasus kusta, periksa kontaknya, dan obati sampai tuntas.
Untuk itulah maka di setiap puskesmas pasti ada mapping kesehatan wilayah tersebut mengenai kusta di wilayah tersebut.
Tidak hanya tugas dokter, pemerintah tapi juga komunitas yang peduli terhadap kusta seperti NLR yang mempunyai impian agar Indonesia bebas kusta. untuk mengwujudkan impian tersebut maka diperlukan strategies
1. Zero Transmission (Menghentikan transmisi).
2. Zero Disability (Mencegah kecacatan pada penderita kusta).
3. Zero Exclucution (Mencegah stigma).
di akhir tulisan ini Mpo mau berbalas pantun
Ada dokter, Ada suster.
Mereka harus tegar menghadapi virus yang lagi santer.