Sejak adanya pengalihan tv digital maka anak-anak lebih suka bermain permainan tradisional di halaman rumah bersama teman-teman. Seperti yang kita ketahui banyak masyarakat yang memakai tv analog dan masih menunggu bantuan set to box datang dari pemerintah.
Dibalik kebijakan pemerintah pasti ada dampak positifnya bagi anak-anak yang mulai suka bermain permainan tradisional yaitu
1. Olahraga
Banyak permainan tradisional sekaligus media dimana sang anak bisa berolahraga seperti lompat tali, galasin, petak umpet.
2. Keseimbangan
Sebut saja enggrang, permainan tradisional yang menantang adrenalin untuk menjaga keseimbangan ketika melangkahkan kaki dengan membawa bambu.
3. Keberanian
Anak-anak dilatih untuk berani mencoba dalam melakukan permainan tradisional seperti engrang, lompat tali.
4. Kejujuran
Permainan tradisional juga mengajarkan kejujuran seperti cubak cublak suweng, congklak.
5. Kerjasama
Permainan tradisional memang mengandalkan kerjasama dalam team agar berhasil melumpuhkan lawan sebut saja sepakbola, galasin.
Dari permainan tradisional anak-anak kita bisa belajar dan berdampak pada masa depan untuk selalu bekerjasama dengan team, kejujuran.
Siapa sangka permainan tradisional begitu banyaknya hingga mencapai 2600, wow angka yang fantastis, akan tetapi hanya 60 persen yang masih bertahan .
Untuk itulah peran kita dalam memperkenalkan permaian tradisional.
Mengenal Kampung Lali Gadget yang diprakarsai Achmad Irfandi
Achmad Irfandi merupakan sosok yang mendekatkan anak-anak dengan permainan tradisional. ia juga penerima Satu Indonesia award dalam katagori Pendidikan pada tahun 2021 dadari Astra
Anak-anak di kampung lali gadget berada di desa pagerngumbuk kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.
Berawal dari keresahan Achmad Irfandi yang mana anak-anak suka minta password WiFi saat nongkrong di warung kopi dan akhirnya mereka bermain gadget.
Terlalu sering minum kopi juga bisa berdampak pada kesehatan mereka yaitu
1. Susah tidur.
Gangguan susah tidur merupakan salah satu dampak sehingga keesokan harinya anak-anak saat sekolah mengalami ngantuk dan tidak konsentrasi.
2. Mengalami gangguan pencernaan.
Seperti yang kita ketahui bahwa secangkir kopi berdampak pada gangguan pencernaan hal ini terjadi karena kandungan kafein dalam yang memicu asam lambung naik dan menyebabkan mules dan sakit perut.
3. Meningkatkan resiko kekurangan gizi.
Di dalam secangkir kopi tidak terdapat mineral dan vitamin. kedua bahan tersebut sangat dibutuhkan oleh anak-anak.
Apabila anak-anak kebanyakan minum kopi maka ia akan mengalami resiko kekurangan gizi dan akan mengalami stunting.
4. Dehidrasi
Anak-anak bisa mengalami dehidrasi karena kopi mempunyai sifat urentik yang mana bisa menyebabkan keluarnya banyak cairan melalui uriene.
5. Menghambat pertumbuhan anak.
Kafein dalam kopi bisa menghambat pertumbuhan anak karena kalsium tidak dapat bisa di serap oleh kafein. Sehingga pertumbuhan tulang sang anak terganggu.
6. Gigi berlubang.
Penambahan gula dalam secangkir kopi juga berdampak pada kesehatan gigi mereka yaitu anak-anak akan mengalami gigi berlubang.
7. Resiko obesitas.
Penambahan gula dan whipped cream di atas kopi juga bisa menimbulkan obesitas jika dikonsumsi jangka panjang.
8. Efek samping jika berhenti mendadak.
Kafein menyebabkan kita ketagihan, jika kita ingin berhenti mendadak maka akan berdampak pada rasa sakit nyeri otot, depresi sementara dan mudah tersinggung.
9. Memperburuk penyakit jantung dan syaraf.
Bagi anak-anak yang suka minum kopi dan mempunyai penyakit jantung dan syaraf maka harus menerima resiko penyakit tersebut akan bertambah resiko seringnya serangan jantung.
Orangtua harus tahu batas konsumsi kopi untuk anak-anak
- 45mg untuk anak usia 4-6 tahun.
- 62,5mg untuk anak usia 7-9 tahun.
- 85mg untuk anak usia 10- 12 tahun.
Batas minum kopi pada anak |
Kampung Lali gadget merupakan wadah anak-anak untuk bermain permainan tradisional.
Di kampung ini bukan berarti gadget yang dipakai anak-anak bukan dihilangkan secara keseluruhan akan tetapi lewat bermain permainan tradisional maka anak-anak bisa mengenal budaya, mengurangi kecanduan gadget, mengimbangi antara teknologi dan budaya.
Permainan tradisional |
di kampung ini anak-anak bebas bermain permainan tradisional , membuat sendiri permainan tradisional lewat imajinasi dengan bahan-bahan yang terdaapat dari alam seperti sebuah pohon pisang bisa di jadikan boneka, truk, kuda lumping.
Achmad Irfandi juga mengajarkan untuk mencintai mainan sendiri dengan cara merawatnya dan menaruh ke tempat semestinya seperti congklak.
Keresahan terhadap anak-anak yang suka bermain gadget dengan minta password wifi di warung kopi membuat seorang sosok Achmad Irfandi termotivasi mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional.
Alasan anak-anak jaman sekarang tidak bermain permainan tradisional karena
1. Mereka tidak mengetahui jenis permainan tradisional oleh karena itu tugas kita bersama untuk memberitahu dan mengajak mereka untuk bermain.
2. Kekurangan data jenis permainan tradisional.
3. Lingkungan tidak mendukung
Tidak adanya lapangan tempat bermain anak karena lapangan tersebut dijadikan tempat yang lebih komersil.
Sejak tahun 2018, Achmad Irfandi sudah mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional. Ada 200-300 anak yang ikutan bermain permainan tradisional yang diadakan dua bulan kali. Namun sejak pandemi peserta yang ikutan anak-anak hanya 50-75 orang saja.
Balai among merupakan salah satu tempat bermain dan belajar anak-anak mengenal permainan tradisional, selain itupula hutan bambu,sawah dan tanah berlumpur juga merupakan tempat yang asik untuk bermain permainan tradisional.
Dana yang di keluarkan untuk membuat peralatan permainan tradisional berasal dari swadaya masyarakat dan juga kocek uang sendiri .
Dalam mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional tidaklah mudah karena jumlah anak-anak yang ikut bermain sampai ratusan orang anak maka Achmad Irfandi mempunyai tantangan tersendiri yaitu kekurangan orang dalam sebuah untuk mengajak anak-anak bermain.
di akhir cerita ini Mpo mau berbalas pantun
Anak-anak main ke lapangan, mereka bermain permainan tradisional.
Hati mereka mendapatkan kesenangan sekaligus tidak jadi orang yang bengal.
Sumber:
https://www.alodokter.com/ini-fakta-anak-kecil-minum-kopi-hitam-dan-minuman-berkafein-lain#:~:text=Memicu%20gangguan%20pencernaan,mengalami%20mulas%20dan%20sakit%20perut.
https://www.radioidola.com/2021/mengenal-achmad-irfandi-penggagas-kampung-lali-gadget-di-sidoarjo/
Podcast berbagai sumber.
Woooow! Permainan tradisional ternyata mencapai 2.600 macam yach. Anak-anak mesti tau dan diajak ikutan bermain nih, supaya meminimalisasi gadget melulu. Di Balai Among Kampung Lali Gadget ini sepertinya tempat favorit mereka bermain ya. Salut dan begitu mengapresiasi Achmad Irfandi atas upaya beliau menyelamatkan anak2 dan permainan tradisionalnya supaya lestari.
ReplyDeleteIya banyak manfaat kalau main permainan tradisional. Yuk kita bermain bersama kawan-kawan
DeleteBener sih, permainan tradisional anak-anak saat ini jarang dimainkan, bahkan sudah mulai ditinggalkan.
ReplyDeleteAnak-anak zaman sekarang memang cenderung lebih memilih permainan modern, seperti play station, game online baik dari HP maupun laptop. Padahal dalam permainan tradisional tersimpan makna persatuan dan kebersamaan.
Udah lama gak liat anak-anak main gobak sodor, tarik tambang, dan balapan terompak.
Adanya Kampung Lali Gadget anak-anak kembali diperkenalkan dengan permainan tradisional, ini sangat baik. Selain diperkenalkan juga dapat membatasi penggunaan gadget agar tidak berlebihan, kecuali untuk tujuan belajar, bekerja, dan hiburan. KArena bagaimanapun, teknologi tetep perlu, asal tepat guna.
Anak-anak pada main sekarang ini karena tv mati.belum ada STB
Deletekeren juga Ahmad Irfandi ini bisa mengajak anak kembali main bukan gadget ya mpok
ReplyDeleteIdenya beneran brillian banget menciptakan kampung lali gadget ini ya Mpok. Semoga ide ini menginspirasi daerah lainnya di Indonesia untuk menciptakan hal yang serupa. Apalagi kembali ke permainan tradisional yang banyak olah fisiknya kan bisa makin sehat tuh
ReplyDeletePantunnya keren Mpo...aku sukaa dengan konsep mengenalkan kembali anak2 pada mainan tradisional serius sukaa banget....
ReplyDeleteMemang smua bergantung pada orang tua ya harus pinter pinter mengatur waktu anak dalam main gadget.
Makanya aku sukaa menginap.di penginapan bernuansa traidisonal.ke desa adat atau tracking ke alam
Congklak kalo di Semarang namanya engklek, permainan tradisional yang sekarang langka dimainkan anak-anak. Padahal masa kecil anak-anakku maaiy ada permainan ini.
ReplyDeleteAku salut banget sekaligus iri pada Achmad Irfandi. Keteguhan hatinya merangkul anak muda di desanya sudah mewujudkan impiannya untuk membuat sebuah wadah bagi anak-anak jaman now meninggalkan gadgetnya sejenak. Harusnya kiprah Irfandi diikuti banyak warga negeri ini juga, paling enggak dimulai dari rumah sendiri. Ngajakin anak, ponakan, atau anak tetangga main permintaan tradisional setiap hari Sabtu atau Minggu saat libur sekolah
Serunya saat ada yang melestarikan permainan tradisional. Di sekitar daerahku ada juga, dolanan sebutannya. Kadang kujuga ikut kalau mereka bikin acara. Semoga makin banyak Irfandi-irfandi yang lain ya
ReplyDeleteWah keren banget ini mbak. Lewat permainan tradisional bisa bikin anak anak lupa gadget plus dapet kesenangan yang berbeda. Keren
ReplyDeleteAnak anak perlu diajak di tempat seperti ini. Mengajak anak untuk bermain dengan permainan tradisional yang mungkin terlupakan
ReplyDeleteSalut sekali sama Mas Ahmad Irfandi. Semoga kegiatan yg digagasnya bisa terus lestari. Membayangkan tempat dan kegiatan itu masih ada ketika "alumni" kelas awal-awalnya sudah gede-gede, then mereka ngajak anak-anaknya ke situ. Aiiih...boleh kan berimajinasi kek gitu? hehehe
ReplyDeletePermainan digital memang sudah sangat masif sekarang ini. Anak2ku di rumah juga suka main game online. Tapi kami serumah masih punya bbrp mainan non-digital yang suka kami mainkan bersama. So far, anak2 masih belum bosen main ABCD 5 dasar hehehe...
Wuih keren banget ini, ngajakin anak-anak main mainan tradisional. Udah langka banget yang begini. Nama tempatnya juga unik, Kampung Lali Gadget. Kudu dibanyakin nih yang begini. Di kota-kota besar apalagi. Mainan tradisional makin hilang, makin tergeser dengan gadget ya.
ReplyDeleteKeren sih, di era teknologi digital yang canggih ini memang semua orang seakan gak bisa lepas dari gagdet termasuk anak-anak
ReplyDeleteInspiratif banget sih sosok Achmad Irfandi ini. Semoga semakin banyak lahir generasi muda yang kayak Achmad Irfandi. Menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang ada di sekitarnya.
ReplyDeleteBener-bener gak baik banget ya.. Kalau yang namanya berlebihan dalam memanfaatkan gadget ini... terutama bagi anak-anak. Banyak gangguan dan sakit yang mungkin terjadi.. Kudu banget main di Kampung Lali Gadget.
ReplyDelete"Bermainlah saat ini agar kelak ketika dewasa tidak ditemukan orang dewasa yang kekanak-kanakan."
((jadi inget kalimat ini))
sekarang ini permainan tradisional mulai hilang ya mpok dengan semaraknya penggunaan gadget. Terima kasih banget kepada mas Ahmad Irfandi yang mengenalkan kembali keseruan permainan tradisional ke khalayak
ReplyDeleteSeru banget kampung lali gadget ini ya mpo
ReplyDeleteAnak anak bisa merasakan serunya bermain meski tanpa gadget
Wah kampung ini enggak asing krn beberapa waktu lalu temenku sempat nanya2 dan mau ke sana katanya utk keperluan lomba.
ReplyDeleteTernyata begitu ya asal mula kampung Lali gadget ini.
Kok aku kaget ya bocil2 pd minum kopi huhu.
Anak2 emang perlu diajak dan difasilitasi bermain dan meninggalkan gadget sejenak supaya gak kecanduan hingga menggangu tumbang mereka yaa.
Alhamdulillah ada anak muda yang peduli pada kelestarian permainan tradisional dan mengenalkannya pada anak-anak. Meskipun keberadaan gadget tidak bisa dihilangkan, tetap dong anak-anak harus mengenal juga akar budaya mereka. Permainan daerah di Kampung Lali Gadget ini konsepnya bagus, bikin anak bisa bersosialisasi juga secara nyata.
ReplyDeleteaku suka terkesan dengan orang-orang yang peduli dengan generasi masa depan kayak gini sih. Sedangkan biasanya orang ya akan peduli dengan anaknya sendiri dulu (which is wajar banget lah yaa).
ReplyDeleteDengan mengenalkan permainan-permainan tradisional, anak-anak bisa keasikan dan betul akan "lali" (lupa) dengan gadget. Bisa "mengembalikan" fitrah mereka untuk bermain aktif.
Anak-anakku harus main ke sini nih supaya lali gadget xixixi. Enak ya main di kampung ini. Badan banyak bergerak dan mata sehat karena ga liat gadget terus.
ReplyDeleteah iyaa, nongkrong untuk anak muda jaman now ini adalah tempat kopi yaa. Udah jadi lifestyle banget dan risiko jika berhenti mendadak membawa pada tingkat ketergantungan yang meresahkan. Seru bgt Achmad Irfandi ini ngenalin permainan tradisional sehingga ga terdistraksi sm gadget lagi
ReplyDeleteBagus nih buat ngenalin permainan tradisional ke anak2. Secara anak jaman now mana ada yg kenal main an emaknya dulu
ReplyDelete